Baru-baru ini gue nonton salah satu adopted-movie dari novel karya Lois Lowry, The Giver, yang menceritakan tentang sebuah dunia yang sangat amat sempurna. Tidak ada kekacauan, perselisihan, bahkan perbedaan. Semua manusia disana 'diciptakan' untuk menjadi sama, setara, tanpa perbedaan sedikitpun. Tidak ada yang namanya kesedihan, kesengsaraan, bahkan cinta. Semua manusia disana merasa dunianya masih putih-hitam, tidak ada si abu-abu, keraguan. Sampai pada akhirnya, saat Perayaan Penempatan, Jonas (Brenton Thwaites) mendapatkan 'pekerjaan' sebagai Receiver of Memories. Ia dimentori oleh sang The Giver (Jeff Bridges) yang memperkenalkannya akan 'dunia nyata' yang sebenarnya. Dunia yang penuh dengan dosa, kejahatan, dendam, kebencian dan segalanya. Jonas akhirnya mengetahui bahwa dunia tempat Ia dibesarkan adalah dunia palsu, bagaimanakah tindakan Jonas selanjutnya menentang pimpinan Chief Elder (Meryl Streep)? Silahkan nonton filmnya! :)
Salah satu hal yang gue bisa dapet dari film ini adalah mengenai KEBEBASAN! Menurut KBBI, Kebebasan adalah suatu keadaan bebas, kemerdekaan, dan salah satu hak asasi manusia. Lantas mengapa di film ini kebebasan yang adalah suatu hak asasi manusia tersebut direnggut? Sebelum mengupas lebih jauh, gue ingin menceritakan sedikit mengenai beberapa hal di film ini. Di film ini, semua penduduk harus menginjeksikan tangannya ke semacam tombol setiap pagi/keluar rumah untuk mengurangi tingkat emosi mereka, dimana para Chief Elder meyakini bahwa emosi, yang termasuk salah satu sifat esensial manusia, akan menyebabkan suatu kebencian, perbedaan, atau cinta. Tentu saja di film ini tidak mengenal kata cinta.
Jonas: Father, do you love me?
Mother: Jonas! Precision of language, please!
Mereka tidak mengenal kata cinta, karena Chief Elder yakin bahwa cinta dapat menyebabkan suatu penghinaan bahkan pembunuhan. Yap, dalang utama dari cerita ini adalah Chief Elder. Ia (atau mereka) yang mengetahui mengenai kebenaran yang sesungguhnya sengaja menghapus segala hal tersebut demi membuat suatu komunitas yang dimana tidak ada suatu cacat sedikitpun. Segalanya telah diatur secara sistematis dan cermat, bahkan meminta maafpun diatur dalam komunitas ini!
Chief Elder: I apologize for my remote attendance.
Community: We accept your apology!
Selain itu, para penduduk di komunitas ini juga terbilang kudet. Mereka tidak mengetahui mengenai kosa kata 'menari', 'musik', bahkan nama binatang sekalipun! Saat Jonas mengajari adiknya menari, orang tua mereka kebingungan mengenai aktivitas apa yang mereka sedang lakukan, bahkan Ibunya menyuruh mereka untuk berhenti. Lebih parahnya lagi, pada saat mereka mendapat bayi yang dititip di rumah mereka, sang Ayah memberikan boneka gajah kepada bayi tersebut dan menyebut boneka gajah tersebut sebagai kuda nil! Entah apa yang ada di pikiran Chief Elder mengenai hal ini sehingga ia/mereka 'tega' menghapus memori tersebut dari pikiran penduduk ini. Yang jelas, yang mengetahui mengenai 'dunia nyata' ini hanya Jonas, The Giver dan Chief Elder(s).
Nah, atas dasar film ini, yuk kita merenung sebentar mengenai arti sesungguhnya dari sebuah kebebasan (menurut kacamata anak ingusan kaya gue ya huehehehe). Sebagai manusia yang diciptakan serupa dengan sang Pencipta, kita jelas memiliki akal budi, hati nurani, serta kehendak bebas. Tuhan telah memberikan itu semua kepada kita dengan pemikiran yang amat sangat matang, sehingga Ia menyebut kita dengan ciptaanNya yang sungguh baik. Pertanyaannya adalah, sanggupkah kita menggunakan kehendak bebas tersebut secara bijak dan benar?
Memang, Tuhan telah memberikan kita anugerah kehendak bebas secara cuma-cuma, tetapi pasti ada 'harga' yang harus 'dibayar' dalam pemberian tersebut. Bukan berarti Sang Pencipta menuntut bayaran akan hal tersebut, tetapi kita sebagai manusia berakal budi sebaiknya membalas apa yang telah diberikanNya kepada kita dengan benar.
Sayang, kehendak bebas yang telah diberikan oleh Tuhan hancur begitu saja oleh manusia itu sendiri. Ya, kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa disebabkan oleh kehendak bebas yang salah digunakan oleh mereka sendiri. Hawa terbuai oleh rayuan ular untuk makan buah dari Pohon Pengetahuan dan Adam juga terbuai oleh godaan Hawa. Loh, apa hubungannya dengan kehendak bebas itu sendiri? Kehendak bebas yang diberikan oleh Dia membuat kita sebagai manusia yang serupa dan segambar denganNya membuat kita memiliki banyak sekali pilihan. Pilihan tersebutlah yang akan menentukan nasib kita. Nafsu kedagingan manusia ini menyebabkan manusia memilih pilihan yang salah sehingga manusia jatuh dalam dosa. So, ada relasinya kan antara kejatuhan manusia dalam dosa dengan kehendak bebas itu?
Mungkin jika manusia tidak jatuh ke dalam dosa, inilah yang akan terjadi:
Semuanya damai, tidak ada perpecahan, segalanya terasa masih baru, mungkin layaknya seperti kehidupan yang digambarkan dalam film The Giver ini (tapi tidak se-strict yang digambarkan dalam film ini). Tidak ada perpecahan, tidak ada kebencian, tidak ada rasa iri hati, tetapi pasti masih ada cinta, sukacita dan kesenangan. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Kehidupan yang indah tersebut harus hilang ditelan bumi karena kehendak bebas sebagian manusia.
Kekerasan pada anak, perburuan liar, perang, pembunuhan, dan lain sebagainya hadir ditengah-tengah kita. Manusia yang menciptakan itu semua tetapi manusia juga ingin menghapusnya. Inilah yang terjadi pada film The Giver, ada bagian pro dan ada bagian kontra. Jika kita setuju dengan The Chief Elder(s), dunia yang kita tempati akan menjadi dunia yang sempurna tanpa ada bumbu masalah sedikitpun, tidak ada cinta, emosi, benci, iri hati, dengki dan segala hal sifat esensial manusia. The Chief Elder(s) ingin semua yang terjadi secara harmonis tanpa perbedaan, monoton dan tanpa konflik. Sementara itu, Johan dan The Giver beranggapan bahwa hal tersebut sangatlah tidak cocok karena hal tersebut sama saja membohongi penduduk di komunitas ini. Mereka beranggapan manusia membutuhkan sifat-sifat esensial mereka, membutuhkan hiburan layaknya musik dan tarian, membutuhkan hewan, membutuhkan masalah yang dapat mendewasakan mereka, serta membutuhkan cinta.
Yang jelas semuanya kembali ke diri kita masing-masing. Kehendak bebas yang telah diberikan Tuhan oleh kita harus kita maksimalkan secara benar dengan baik, layaknya Jonas yang memperjuangkan kebebasan kaumnya sendiri. Tuhan telah memberikan alam semesta ini beserta isi-isinya bagi kita semua secara cuma-cuma, tapi ingat, ada 'harga' yang harus 'dibayar'. Salah satu 'uang' yang dapat 'membayar' hal tersebut adalah dengan menggunakan 'uang kehendak bebas' kita. Kita gunakan kehendak bebas kita dengan bijak dan benar, memanfaatkan alam secara secukupnya, perhatikan juga kehidupan orang-orang lain yang kekurangan. Jangan pernah memanfaatkan kehendak bebas tersebut secara salah. Sayangnya, inilah yang terjadi akhir-akhir ini. Manusia memilih pilihan yang salah dalam memanfaatkan alam. Penebangan secara liar, pembunuhan hewan-hewan langka, pembangunan gedung-gedung di tengah kota tanpa memikirkan daerah penyerapan air atau mungkin hal yang paling mendasar, yaitu buang sampah sembarangan! Ya, hal-hal tersebut adalah sifat kedagingan manusia. Sifat yang hanya ingin menang sendiri, egois, tidak memikirkan kehidupan alam dan manusia di sekitarnya. Tentunya apa yang ditabur itulah yang akan dituai, manusia menuai benihnya sendiri. Benih tersebut akhirnya berkembang menjadi pemanasan global, banjir, tanah longsor, es di kutub mencair dan sebagainya. Inikah bayaran kita kepada Sang Pencipta yang telah memberikan bumi ini beserta isinya secara g-r-a-t-i-s?
Akhirnya kita berada di antara pilihan kembali yang akan menentukan nasib kita sebagai manusia yang berkehendak bebas. Apakah kita:
1. Mau menjadi manusia berkehendak bebas yang salah menggunakan anugerah itu? Atau,
2. Mau menjadi manusia berkehendak bebas yang menggunakan anugerah itu secara bijak dan benar?
Semuanya ada di tangan kita, di tangan ciptaanNya yang paling berharga, paling mulia, paling ditinggikan, tetapi sayangnya sering jatuh ke dalam dosa hanya karena mengejar sebuah keuntungan. Yap, semoga kebebasan kita untuk memilih dapat kita gunakan secara benar untuk kepentingan Tuhan, manusia serta alam sekitar. Selamat memilih! :)
When people have the freedom to choose, they choose wrong.
- Chief Elder (The Giver)