26 May 2013

Terjuuuuun.

Besok gue UKK, atau bahasa panjangnya Ulangan Kenaikan Kelas. Terus kok gak belajar? Duh sebenernya males banget belajar, tapi itu kan udah jadi kewajiban, iya enggak? Ihiy, sok bijak banget sih kata-kata gue, berasa jadi Mario Teguh. Salam super! 

Walaupun besok gue UKK, itu tidak mengurungkan niat gue untuk blogging. Gue udah lama banget enggak nge-blog. Mungkin ada sekitar 2 minggu atau lebih. Itu semua dikarenakan dengan kesibukan gue yang tidak habis-habis sepertinya. Tugas selalu saja menghampiriku, tau aja sih gue males ngerjainnya. Tapi ya inilah resiko seorang pelajar yang tiada hentinya berkutat dengan pulpen dan kertas.

Akhir-akhir ini gue lagi suka banget sama yang namanya nonton film terutama film-film barat Hollywood. Apapun genre nya gue suka, asala genre nya enggak yang ngelenyeh-ngelenyeh macem genre yang lagi hits nya di Indonesia, Horror-Porn. Tapi genre yang biasa gue tonton sih berkisar Action, Crime, Mystery, Thriller, Horror, Sci-Fi, Fantasy and blahblahblah. Pernah ngebayangin gak sih pas lo lagi nonton film dan lo sangat teramat pengen ikut terjun ke dalam film tersebut? Pasti pengen kan, ga usah boong deh. Karena hal itu juga terjadi pada gue. Nah, film-film yang pengen gue terjun ke dalamnya, antara lain:

1. Harry Potter.
Bukan hal yang aneh kalo gue pengen jadi murid Hogwarts ketimbang murid sekolah reguler biasa, iya gak sih? Siapa sih yang ga mau punya tongkat sihir dan bisa terbang pake sapu terbang Firebolt? Pasti pada mau kan? Bayangin kalo lo bisa membantu Harry dalam misinya mencari horcrux bang Voldy dan lo juga bisa ikut membantu dalam perang Hogwarts? Gimana? Pasti seru kan? Atau kalo lo lagi males ngambil sesuatu lo tinggal ambil tongkat sihir dan bilang Accio!

2. The Avengers.
Siapa sih yang enggak mau jadi superhero yang dielu-elukan semua orang? Lo punya kekuatan super yang orang lain ga miliki! Bayangkan kalo lo bisa jadi Iron Man, Captain America atau jadi Hulk mungkin? Itu pasti seru banget kan? Kalo lo lagi kesel sama orang lo tinggal berubah jadi manusia besi dan 'membelai' musuh lo? Huahahahaha.

3. Star Trek.
Wuah, ini juga gak kalah seru! Menjelajahi luar angkasa bersama pasukan-pasukan U.S. Enterprise dan membunuh musuh-musuh dari planet lain? Membantu Spock sama Kirk melawan musuh-musuh, dan pastinya main-main di pesawat luar angkasa! Atau mungkin mengendalikan pesawatnya mungkin? Jadi kapten!

4. X-Men.
Siapa yang ga mau jadi mutant? Punya kekuatan super yang beda dari yang lain? Pengen ga sih jadi Jean Grey yang bisa menggerakan benda-benda hanya dengan kekuatan pikiran? Atau jadi Profesor Xavier? Bisa baca pikiran orang lain. Hmm, jadi Mystique pasti lebih seru! Bisa berubah jadi orang lain dengan persisnya! Bayangkan kalau lo besok ulangan matematika yang super sulit dan lo sangat gak ngerti, lo berubah jadi guru matematikanya, menyusup ke kantornya dan berhasil ngambil soal matematika yang super sulit itu! Gimana? Woah.

5. Mission Impossible.
Jadi mata-mata juga kayanya seru banget deh! Mengendap-endap untuk mengemban misi yang sangat berbahaya. Main tembak-tembak musuh tanpa pandang bulu, jago berantem dan jago IT. Kita diminta untuk menyelesaikan misi dengan sempurna tanpa cacat. Bayangin kalo lo rekannya Ethan Hawk dan sedang memata-matai teroris kelas kakap yang sulit banget untuk dilumpuhkan. Dengan senjata ampuh dan intelegensi yang nomor wahid, misipun dapat terselesaikan!

Waduh, makin ngelantur aja nih pikirannya. Sebenernya, masih banyak film yang pengen gue terjunin, tapi sayangnya waktu memisahkan kita. Gue harus balik belajar nih. Yaudah deh, belajar dulu biar pinter, siapa tau gedenya bisa jadi sutradara film? Huahahahahahahahaha, ngaco. Kayanya ini cuma bisa terjadi di mimpi deh, terjun ke film yang lo pengenin, huahahaha.

07 May 2013

Misteri Uang Seratus Ribu

Baru aja dikasih tugas bikin cerpen dari guru Bahasa Indonesia. Berbagi sedikitlah sama para blogger. Semoga kalian terhibur:D

Misteri Uang Seratus Ribu

          Entah kenapa hari ini aku malas sekali bangun dari tempat tidurku. Sepertinya kasur empukku ini masih saja rindu kepadaku, padahal aku tahu bahwa waktu telah menunjukkan pukul 06:45. Hari ini hari Senin dan nanti akan diadakan upacara rutin. Aku sangat malas mengikuti upacara ditambah dengan adanya sinar matahari pagi yang sangat menyengat yang mana akan membuatku berkeringat.
            “Bobi, Bobi ayo bangun! Kamu sudah telat sekolah nih.” Mama memanggilku dari bawah. Satu-satunya hal yang membuatku beranjak dari kasur empukku ini adalah teriakan Mama.
            Namaku adalah Bobi. Aku sekarang berumur 13 tahun dan duduk dibangku kelas 8 atau 2 SMP. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Bella. Menurutku, dia sangat aneh dan cerewet. Dia suka sekali dengan film-film luar negeri terutama film Hollywood. Kamarnya dipenuhi dengan poster-poster film Hollywood yang menurutku menjadikan kamar dia layaknya sebuah bioskop. Berbanding terbalik dengan Papa dan Mamaku yang tidak suka menonton film. Jangankan menonton film, menonton acara televisi saja sangat jarang. Sedangkan aku lebih suka menginvestigasi suatu kasus dan memecahkannya layaknya seorang detektif. Aku memang paling berbeda diantara anggota keluargaku, karena menurutku berbeda itu sangatlah mengasyikan.
☺☺☺
            Aku telah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Mamaku telah menyiapkan bekal untukku. Aku berjalan menuju meja makan dan membuka kotak makanan berbentuk kubus berwarna hijau itu dan mencari tahu bekal apa yang kubawa hari ini. Menu hari ini nasi goreng. Meski bosan tapi aku tetap membawanya, karena nanti juga habis di sekolah. Aku menutup kotak makananku kembali. Aku bergegas mengambil botol minumku dan langsung berangkat. Tiba-tiba suara Mama terdengar dari ruang tamu.
            “Bob, gak salim dulu sama Mama? Enggak mau uang jajan?” Aku berbalik badan, mencium tangan mama sembari mengambil uang jajan di tangan kirinya.
            “Loh? Papa mana?” tanyaku penasaran.
            “Oh, Papa sudah berangkat dari tadi pagi. Dia ada pekerjaan tambahan dari atasannya.”
            “Terus Kak Bella?” tanyaku penasaran.
            “Dia kuliah siang. Tumben kamu nanya terus udah kaya polisi aja.” Aku hanya terdiam mendengar perkataan Mama, tumben sekali ia bercanda denganku, padahal aku tidak begitu suka diajak bercanda kecuali dengan teman-temanku.
☺☺☺
            Bel sudah berbunyi dan aku harus segera masuk ke kelas, menaruh ranselku dan langsung bergegas ke lapangan upacara.
            “Bob, tumben lo telat dateng. Biasanya lo yang paling getol dateng pagi buta.” Aku menoleh ke belakang dan melihat siapa yang berbicara. Ternyata itu Aldo, teman kecilku yang semenjak SD sekelas denganku.
            “Eh, bikin kaget aja lo. Iya nih, gue lagi males banget upacara. Panas!”
            Upacara berjalan sangat lama dan aku sangat bosan mendengarkan perkataan Pak Sugeng, kepala sekolah kami. Aku hanya menguap dan termenung tanpa memikirkan apapun.
            “Heh! Ngelamun aje, Bob. Mikirin apa sih?” Rani menegurku.
            “Sssssst. Diem, lagi upacara nih.” Aku berbisik kepadanya. Rani juga teman kecilku semenjak SD.
            “Enggak bakal kedengeran kok sampe sini.” Rani menjawab sambil berbisik juga.
            Aku hanya diam, tidak membalas perkataan Rani. Takut ditegur oleh Pak Sugeng yang sepertinya memperhatikan gerak-gerikku dan Rani.
            Selesai upacara kami langsung meninggalkan lapangan dan bergegas ke kelas. Pelajaran selanjutnya adalah matematika dan untungnya Bu Melly tidak masuk dan tidak menitipkan tugas. Aku sangat senang dan memanfaatkan waktu itu untuk ngobrol-ngobrol santai bareng Aldo dan Rani.
            “Bob, hari ini tanggal berapa deh?” Aldo bertanya kepadaku sambil tertawa cekikikan. Aku melihat jam tanganku dan membalas perkataannya,
            “Empat Maret, Do. Kenapa emangnya?” Aldo masih saja tertawa, Rani juga ikut tertawa. Aku bingung melihat kedua sahabatku tertawa cekikikan tanpa sebab.
            “Ah, enggak ada apa-apa kok, Bob.” balas Aldo.
            Aku semakin bingung dan memutuskan untuk membaca buku matematika meski aku tidak paham maksudnya.
            Kriiiing......kriiiiing. Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Saat-saat ini adalah saat-saat yang sangat ditunggu-tunggu oleh seantero siswa yang  capek sekolah. Aku langsung bergegas merapikan buku dan alat tulisku ke dalam ransel dan langsung menghampiri Aldo dan Rani. Seperti biasa, aku selalu pulang jalan kaki bersama mereka berdua. Rumah kami kebetulan berdekatan dari sekolah, jadi kami sering pulang sekolah bersama.
            “Bob, sorry ya sepertinya hari ini gue sama Aldo enggak pulang bareng lo deh.”
            “Hah? Kenapa emangnya?”
            “Soalnya.....gue, mmmmm.” Rani menjawab sambil bingung.
            “Soalnya gue sama Rani mau ke toko buku, nyari buku buat belajar bareng.” Aldo tiba-tiba menjawab.
            “Ooh, oke deh. Gue pulang sendiri aja.” Sejak kapan Aldo suka buku ya? Tanyaku dalam hati.
☺☺☺
            Keesokan paginya aku terbangun jam 06:00 dan langsung mandi. Hari ini tanggal lima Maret dan pasti tidak ada yang spesial di hari ini. Hari ini pasti berjalan sangat flat. Selesai mandi dan berpakaian aku bergegas turun ke bawah menuju meja makan. Mama, Papa dan Kak Bella sudah rapi. Aku bingung dan bertanya-tanya sendiri dalam hati, lagi ada apa nih? Tiba-tiba mereka menghampiriku, menyalamiku serta mencium pipi juga keningku sambil berkata “Selamat ulang tahun ya, Bob!”
            Hah? Ulang tahun? Siapa? Aku? Sekarang? Aku bertanya-tanya dalam hati. Sontak aku langsung melihat jam tanganku dan menunjukan tanggal 05 Maret. Oh iya! Hari ini aku ulang tahun. Aku baru sadar. Bodohnya aku, lupa dengan ulang tahun sendiri. Ternyata Mama sudah membelikan ku seloyang kue cheese chocolate-nya Harvest. Mama juga memasakan makanan kesukaanku, spicy beef teriyaki dan cah kangkung. Aku sangat terkejut dan masih saja bingung kenapa aku bisa lupa dengan hari ulang tahunku sendiri. Papa dan Mama sepertinya tidak sempat membeli kado untukku, lagipula aku juga tidak menginginkannya. Mereka memberikanku uang sejumlah seratus ribu rupiah. “Lumayanlah, untuk ditabung.” kataku dalam hati.
            Di sekolah ternyata lebih parah lagi, teman-teman sekelasku ternyata memberiku surprise sepulang sekolah. Aku digiring teman-temanku juga wali kelasku, Pak Bondan ke lapangan belakang sekolah. Disana aku disiram air yang bau sekali. Tidak lupa juga tepung, telur, kopi, gula, bahkan minyak. Mungkin aku adalah orang paling bau saat itu. “Bobi, happy birthday ya!” Semua langsung memberikanku selamat tanpa menyalamiku, mungkin mereka takut terkontaminasi dengan segala ingredients yang ada di tubuhku. Begitu juga dengan Aldo dan Rani. Aku sangat yakin bahwa mereka adalah otak dibalik ini semua. Mereka memberiku sebuah notes berwarna hitam dengan bertuliskan ‘Happy 14th Birthday, Aldo!’ Mungkin mereka tahu kalau aku ini adalah pelupa berat, jadi mereka memberiku ini. Untung saja hari ini ada pelajaran olah raga, jadi aku pulang mengenakan baju tersebut.
            Saat perjalanan pulang, aku melihat ada seorang nenek yang sedang kesusahan. Ia membawa 2 buah kardus yang kelihatannya cukup berat. Ia sepertinya kesusahan untuk menyebrang. Aku memberanikan diri untuk menghampiri nenek itu dan sambil menawarkan pertolongan. Nenek itu sangat seram. Rambutnya telah putih semua dan terdapat bercak-bercak hitam di wajahnya. Nenek tersebut menjawab permintaanku,
            “Oh, boleh, dik. Kebetulan nenek lagi kesusahan.”
            Aku langsung membawa barang bawaan nenek tersebut dan membantunya menyebrang. Aku juga mengantar nenek itu pulang ke rumahnya, kebetulan rumahnya tidak begitu jauh. Setelah selesai aku langsung pulang tidak lupa juga nenek itu mengucapkan terima kasih. Aku menjawabnya dengan penuh senyuman, sangat menyenangkan bisa membantu seseorang saat hari ulang tahunku.
☺☺☺
            Aku terbangun dengan wajah yang ceria. Menyambut hari baru dengan penuh semangat. Aku membuka jendela dan melihat bahwa seragamku kemarin telah dijemur Bi Inem. Cepat sekali Bi Inem mencucinya. Aku langsung mandi dan bergegas ke ruang bawah. Setelah semua persiapan selesai aku langsung pergi menuju sekolah, tentu dengan wajah yang masih ceria. Sesampainya di sekolah, Aldo dan Rani langsung menghampiriku dan langsung bertanya,
            “Bob, nyokap bokap lo ngasih kado apa kemarin?”
            “Ooh, mereka enggak sempat beliin gue kado, jadi gue cuma dikasih mentahnya aja deh. Lumayan,  cepe.”
            Aku merogoh kantongku, ingin memamerkan uang seratus ribuku kepada mereka. Tiba-tiba saja raut mukaku berubah panik.
            “Kenapa, Bob?” Rani bertanya.
            “Kok, uang gue gak ada ya?”
            “Yaiyalah Bob, kan lo dikasihnya kemaren, pasti ada di saku seragam lo kemarinlah.” balas Rani.
            Mungkin Rani betul, pasti ada di saku seragamku kemarin yang sekarang telah dijemur Bi Inem. Semoga saja masih ada disana. Jika tidak, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi.
            Hari ini aku tidak konsentari dalam belajar. Aku terus memikirkan uang seratus ribuku itu. Aku khawatir kalau saja uang itu tidak ada di kantong seragamku. Setelah bel pulang sekolah aku langsung bergegas pulang ke rumah. Tanpa sadar aku meninggalkan Aldo dan Rani. Sesampainya dirumah aku langsung ke halaman belakang tempat seragamku dijemur. Aku langsung merogoh saku seragamku dan ternyata uang tersebut tidak ada! Aku lemas. Bingung harus berbuat apa. Aku terus memutar otak, mengingat-ingat kembali hal yang kulakukan sepanjang hari kemarin.
☺☺☺
            “Ketemu gak, Bob uangnya?” Aldo bertanya.
            “Ilang.” jawabku lemas.
            Wajah Aldo dan Rani langsung berubah. Wajah Rani seperti ingin berkata “Are you serious?” tapi tidak dikatakannya.
            “Pas lo pulang dua hari yang lalu lo ngapain aja?” tanya Rani.
            “Ah! Gue ngebantu seorang nenek ngangkat barang ke rumah dia!” Aku langsung melotot ke arah Aldo dan Rani dan langsung menarik kesimpulan bahwa nenek tersebut adalah pelakunya.
☺☺☺
            Setelah bel pulang sekolah aku, Aldo dan Rani langsung pergi ke rumah nenek tersebut. Sesampainya disana kami terkejut. Pintu rumahnya terbuka tetapi didalamnya terlihat sepi.
            “Permisi, spada.” aku menyapa, tapi tidak ada seorangpun yang keluar. Kuputuskan untuk masuk tanpa izin dari sang pemilik rumah.
            “WAAAAAAAAAAAAAAAAAA” Rani berteriak.
            Kenapa, Ni?” Aldo bertanya, ikut kaget juga.
            “Liat tuh, ada anak kecil diatas kursi goyang! Serem banget!”
            Aku dan Aldo langsung menoleh. Kaget serta takut. Dihadapan kami ada seorang anak kecil dengan hanya memakai celana dalam doraemon berawarna biru. Aku sempat mengira bahwa dia adalah tuyul. Tapi ternyata aku salah. Dia manusia. Kami bertiga menjauh dari anak kecil tersebut yang hanya diam melihati kami. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti. Aku melihat dia menggenggam sehelai uang berawarna merah. Aku melihat gambar Soekarno-Hatta di uang tersebut. Ah! Itu pasti uangku.
            “Heh, tuyul! Balikin duit gue!” aku berteriak.
            “SIAPA YANG KAMU SEBUT, TUYUL? DASAR ANAK-ANAK NAKAL! SINI KALIAN!” tiba-tiba terdengar suara perempuan renta yang ternyata adalah nenek yang kubantu pada saat hari ulang tahunku. Sepertinya dia sudah lupa denganku.
            Aku, Aldo dan Rani langsung berlari ke arah pintu keluar sebelum nenek tersebut memarahi kami. Kami tidak bisa berteriak. Dia sangat menyeramkan.
☺☺☺
            “Udahlah, Bob! Relain aje duit lo!” Aldo membujukku.
            “Enggak!” aku berkata ketus.
            “Pokoknya hari ini kita harus kesana lagi! Gue masih penasaran sama tuh nenek sihir.”
            “Ogah!” Rani tidak kalah ketus.
            “OKE, FINE!” tak sadar aku berteriak ke arah mereka.
            “Siapa yang nanya kabar lo, Bob? Kok malah ngomong fine? Emang gue nanya how are you?” saut Aldo.
            Aku diam. Jengkel.
☺☺☺
            Setelah pulang sekolah aku langsung pergi ke rumah nenek sihir tersebut. Tentu saja seorang diri, karena Aldo dan Rani tidak mau menemaniku. Aku belum bercerita tentang masalah ini kepada orang tuaku. Aku takut mereka marah.
            Rumah tersebut masih saja sepi dan kotor, tapi hari ini pintunya tertutup. Aku memberanikan diri mengetok pintu.
            “Iya, tunggu sebentar!”
            Seseorang membalas ketukanku. Entah kenapa aku seperti mengenal suara ini. Benar saja! Ternyata yang membuka pintu adalah Bi Inem. Bibi yang bekerja di rumahku. Aku bingung dan sempat berpikir bahwa aku salah rumah.
            “Loh? Den Bobi? Ngapain disini?” Bi Inem bertanya bingung.
            “Eh? Loh? Bibi sendiri ngapain disini?
            “Kok malah balik tanya? Ini kan rumah Ibu bibi. Ibu bibi baru dateng dari Wonosobo kira-kira tiga hari yang lalu.”
            Tiba-tiba seorang anak kecil yang masih saja menggunakan celana dalam biru doraemon muncul dihadapanku. Ia masih saja menggenggam sehelai uang seratus ribu.
            “Bi, maaf sekali lagi. Sepertinya ibunya bibi mengambil uang seratus ribu saya. Saya sempat bertemu dia tiga hari yang lalu. Dan sepertinya uang yang digenggam anak kecil ini adalah milik saya.” aku menjelaskan panjang lebar.
            Bi Inem melihat ke arah anak kecil tersebut sambil menghela nafas.
            “Uang seratus ribu? Ah! Uang milik Den Bobi sudah bibi kembalikan tadi pagi di saku seragam Den Bobi yang waktu itu bibi cuci. Bibi mengeluarkan uang itu karena takut basah dan robek. Sebenarnya bibi ingin mengembalikannya kemarin, tapi bibi sibuk ngurusin ibu bibi dan anak bibi ini. Uang yang dipegang ini adalah uang bibi, ia selalu menangis jika tidak diberi uang. Ya, sebenarnya dia berumur 10 tahun tapi sayang pertumbuhan tubuh serta otaknya terhambat karena bibi tidak memberikan gizi yang cukup baginya sewaktu kecil.”
            Anak Bi Inem? Jadi anak kecil yang selama ini kukira tuyul adalah anaknya Bi Inem? Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Bingung harus berkata apa.
            “Ah, maaf Bi! Saya benar-benar minta maaf.” aku sangat malu sekali.
            Perasaanku campur aduk, antara malu, sedih, tapi juga senang.
☺☺☺
            “Bob, tadi pagi Bi Inem ngasih uang kamu tuh. Ada di saku kamu ya.” Mama menginformasikan info yang sudah kuketahui.
            Aku langsung bergegas ke kamar dan membuka lemariku. Aku merogoh saku seragamku dan terdapat uang dan sehelai kertas bertuliskan ‘Maaf ya, Den Bobi baru kembaliin uangnya sekarang.’ Aku merasa malu dan bersalah kepada Bi Inem.
☺☺☺
            “Permisi, permisi.” sahutku ke rumah Ibu Bibi Inem.
            “Eh, Den Bobi. Ada apa?” Bi Inem membukakan pintu sambil bertanya.
            “Ah, enggak Bi. Saya merasa bersalah atas tuduhan yang saya berikan kepada Ibu dan anak bibi. Saya seharusnya tidak boleh menuduh seseorang tanpa bukti yang pasti. Ini, Bi sebagai ucapan permintaan maaf.” aku memberikan sebuah amplop kepadanya.
            “Ah, ini apa? Sudah, tidak usah repot-repot. Ini salah bibi, kok.” Bi Inem mengembalikan amplop tersebut kepadaku.
            “Ambil aja, Bi!” aku memaksanya.
            Aku langsung berlari pulang dan meninggalkan Bi Inem tanpa pamit. Aku tidak mau amplop itu kembali ke tanganku. Dari kejauhan aku melihat Bi Inem membuka amplop itu. Ia terlihat kaget. Diambilnya uang seratus ribu itu dari dalam amplop, tidak lupa juga dengan secarik kertas didalamnya yang bertuliskan,
            ‘Bobi tidak pantas menerima uang ini. Bobi harap uang ini bisa membantu pengobatan anak Bi Inem agar lekas sembuh. Salam, Bobi.’
            Aku melihat Bi Inem menangis. Aku yakin bahwa air mata itu adalah air mata kebahagiaan, bukan kesedihan. Sekarang aku sadar bahwa kebahagiaan itu bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana.

03 May 2013

Rame Rasanya.

Manis asem asin, rame rasanya! Penggalan tagline permen nano-nano yang pas banget buat gambarin jalannya hari ini.

Woah, hari ini diawali dengan bangun pagi seperti biasanya dan pergi berangkat ke sekolah sampe kira-kira pukul 9 pagi semuanya berjalan baik-baik saja. Kalo diibaratkan dengan rasa permen nano-nano, sekarang lagi manis engga, asem engga, asin juga enggak. Berarti? Flat. Well, gue sekarang jadi kecanduan main capsa (kartu remi) yang ternyata seru banget. Abis itu ada pelajaran matematika. Pertemuan matematika sebelumnya itu kita ulangan tentang Fungsi Komposisi Invers sama Limit Fungsi. Malam sebelum ulangan gue udah belajar mati-matian supaya nilai ulangan kali ini bisa dapet bagus. Ya, minimal diatas KKMlah.

Guru gue hari ini langsung ngebagiin hasil ulangannya. Gue emang rada kurang yakin sih sama nilai ulangan gue kali ini. Apalagi bagian limit, terutama limit trigonometri. Duh, kenapa harus ada limit trigonometri sih? Bikin nilai gue busuk aja. Dan terbukti dari 3 soal limit trigonometri gue cuma bener 1. Bzz. Paling ga suka deh kalo limit trigonometri soalnya di bagian ketika sin, cos, dan tan bersatu padu menjadi satu soal yang sulit dipecahkan. Mereka bertiga bersatu, menjadi suatu soal yang super power dan berniat untuk mengalahkan gue!!!!!! Oke, gue tau ini lebay tapi ini kenyataan karena gue engga bisa menyelesaikan soal itu. Alhasil? Nilai ulangan matematika gue 70 dengan kkm adalah 77. Duh tinggal 7 lagi, ga kesian apa?:(

Kalo digambarin sama permen nano-nano, rasanya sekarang lagi pahit. Padahal gue tau kalo permen nano-nano enggak punya rasa pahit.

Seketika itu mood langsung hancur. Engga niat ngerjain apa-apa. Semuanya terasa hancur, buyar, dan ngerasa menjadi orang paling goblok se-Indonesia. Ini bener-bener nyesek karena gue udah belajar bahkan sampe bangun super pagi buat belajar lagi tapi hasilnya sangat kurang memuaskan. Miris. Duuuuuh, pahit banget sih rasanya:"(

Hari ini gue juga punya janji sama temen-temen gue buat nonton Iron Man 3 di Margo City. Pas tau nilai matematika gue sebegitu jeleknya, langsung enggak nafsu nonton Iron Man. Tapi gue memutuskan untuk tetep pergi karena gue pasti nanti menyesal di kemudian hari. Siapa tau bisa lupa sama nilai matematika yang 'shine bright like a diamond' itu.

Gue pergi bareng temen-temen gue, bertujuh sama gue berdelapan. Selesai beli tiket dan popcorn kita langsung masuk ke studio nya. Duh, film nya keren bangeeeeeet. Seru. Kalo punya 100 jempol gue kasih deh buat filmnya. Jadi pengen kaya iron man gitu keren! Ga nyesel deh nontonnya. Apalagi tadi sebelum nonton mampir dulu ke TGA buat beli Anak Kos Dodol Dikomikin 3 dan 4 jadi nanti dirumah bisa baca. Yippie, sejenak bisa melupakan nilai matematika yang aduhay banget. Balik lagi ke Iron Man 3 yang totally awesome. Bener-bener ga bisa berkata apa-apa deh sama film ini, duuuuuuh apalagi Pepper Pots, such a pretty. Gwyneth Paltrow

Abis selesai nonton dan makan kita langsung pulang. Kalo digambarin pake permen nano-nano untuk moment kali ini mungkin manis kali ya:D

Fuuuuh. Hari ini cukup melelahkan tapi menyenangkan sekaligus menyedihkan. Rame banget rasanya, dari mulai pahit sampe manis. Tapi kayanya lebih banyak manisnya deh.
 
Copyright © The Untold(s) | Theme by BloggerThemes & frostpress | Sponsored by BB Blogging